Langsung ke konten utama

KONSPIRASI MASUKNYA AGAMA ISLAM DI BIMA


Para penulis sejarah Barat dan Indonesia berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh orang Arab. Prof Snouck Horgronye berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dari India, dibawa pedagang-pedagang India yang telah memeluk agama Islam pada waktu itu. Yang paling menarik perhatian mereka semua berpendapat bahwa masuknya agama Islam di Indonesia dengan jalan damai.

Menjelang masa disintegrasi Kerajaan Majapahit tumbuh bandar perdagangan seperti Gresik, Tuban dan Sedayu. Negeri tersebut selain menjadi pusat  perdagangan, juga menjadi penyiaran agama Islam di Jawa dan daerah-daerah disekitarnya. bahkan jauh sebelum jaman disintegrasi mubaliq Islam yang bernama Malik Ibrahim bersama temannya Muhammad Sadik langsung ke istana Majapahit untuk mengajak Raja Majapahit memeluk agama Islam, ajakan mana ditolaknya. Malik Ibrahim yang dikenal juga dengan nama Maulana Magribi kembali ke Gresik. Di sana ia meninggal pada 12 rabiul awal 822 H bertepatan dengan tanggal 8 April 1419, di kampung Gapura, dimakamkan di bukit Giri.

Pada masa selanjutnya penyiaran agama Islam di pulau Jawa dilakukan oleh 9 orang Wali Songo yakni :
1. Malik Ibrahim atau Maulana Magribi di Gresik.
2. Raden Rahmat atau Sunan Ampel di Surabaya
3. Puteranya bernama Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang di Tuban.
4. Puteranya seorang lagi bernama Masi Munat atau Sunan Drajat di Sedayu
5. Raden Paku atau Sunan Giri di Gresik
6. Sunan Kalijogo di Adilangu dekat Demak
7. Sunan Kudus di Kudus
8. Sunan Murio di gunung Murio
9. Sunan Gunung Jati di Cirebon Jawa Barat

Raden Paku atau Sunan Giri menjadi anak angkat seorang wanita terkaya di Surabaya. Ia belajar agama Islam pada Sunan Ampel, kemudian mendirikan keraton dan masjid di bukit Giri dekat Gresik. Maka tidak mengejutkan bila kota Gresik selain menjadi pusat perdagangan juga menjadi pusat penyiaran dan pengembangan agama Islam sebagai pembawa misi Sunan Prapen anak Sunan Giri. Pada tingkat kemakmuran dengan produksi beras yang berlebihan pedagang Gresik membeli beras di Kerajaan Bima selain memperoleh dari bandar Gowa. Hal itu memungkinkan pula pedagang Bima mengangkut sendiri beras ke Gresik. Saling kontak antara keduanya baik Bima maupun di Gresik pedagang Bima mempelajari dan menerima agama Islam itu sebagai agamanya. Penerimaan agama Islam itu masih terbatas sekali yakni di kalangan pedagang itu sendiri dan penduduk pesisir pantai. 
Mungkin bersumber dari babad Tanah Lombok tersebut atau sumber lain sehingga Zollinger berkesimpulan bahwa agama Islam masuk di Kerajaan Bima sejak tahun 1540.

Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa agama Islam masuk di Kerajaan Bima dalam abad XV atau XVI hampir bersamaan dengan waktu penyiaran agama Islam di pulau Jawa. yang menarik dari babad Tanah Lomnok tersebut adanya pernyataan bahwa Sunan Prapen putera Sunan Giri menaklukan Kerajan Bima terlebih dahulu baru meng-islam-kan pulau Lombok. Bila peernyataan itu benar, belum ada ditemukan bukti fisik maupun catatan dalam kitab BO yang mengukukuhkan pernyataan tersebut. Apabila menyiarkan agama Islam dengan kekerasan, maka dapat dipastikan mejadi salah satu sebab mengapa misinya belum mencapai sasaran sebenarnya. Yakni raja dan rakyat pada umumnya belum memeluk agama Islam. Dengan kata lain bahwa misi Sunan Prapen dari Gresik hanya baru  mencapai meng-islamkan sekelompok penduduk di pesisir pantai saja. Walaiupun demikian syia`ar agama Islam telah masuk ke Kerajaan Bima dalam abad XVI.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAHASA ASLI SUKU MBOJO/BIMA

PEMBAGIAN BAHASA BIMA                                Sumber foto @uma.lengge_mengajar Menurut sejarah perkembangannya Bahasa Bima dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : 1). Kelompok Bahasa Bima lama meliputi : a. Bahasa Donggo, dipergunakan oleh masyrakat Donggo Ipa yang bermukim di pegunungan sebelah barat meliputi desa Oo, Kala, Mbawa, Palama, Pedende, Kananta, Doridungga.  b. Bahasa Tarlawi dipergunakan oleh masyarakat Donggo Ele yang bermukim dipegunungan Wawo Tengah meliputi desa Tarlawi , Kuta, Teta, Kalodu. c. Bahasa Kolo, dipergunakan oleh masyarakat yang bermukim di desa Kolo di sebelah timur Asakota. Ketiga kelompok Bahasa itu berfungsi sebagai Bahasa ibu. 2). Kelompok bahasa Bima baru, lazim disebut nggahi Mbojo, Bahasa Bima baru atau nggahi Mbojo dipergunkan oleh masyarakat umum di Bima dan berfungsi sebagai Bahasa ibu. Bahasa Bima dipergunakan pula oleh masyarakat Dompu sebagai bahasa ibu. Khusus bagi masyarakat pemakai bahasa Bima lama, maka bah

PENGARUH TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU ANAK

A.     Latar Belakang Pada era sekarang ini, Televisi adalah   media yang sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat dan hampir semua masyarakat di Indonesia memiliki televisi. Perkembangan televisi membuktikan bahwa dengan sifat audio visual yang dimilikinya, menjadikan televisi sangat pragmatis, sehingga mudah mempengaruhi penonton dalam hal sikap, tingkah laku, dan pola berpikir. Kehadiran televisi ini tentu membawakan banyak hal positif diantaranya kemudahan memperoeh informasi, hiburan dan lain-lain, selain itu juga dampak negative juga selalu menghantui, semisal tayangan yang berbau criminal atau adegan sinetron yang sedang melakukan tindak kekerasan, nah tampa disadari ketika anak menonton itu pasti ia akan terpengaruh dan tergiring untuk melakukan hal tersebut. Perilaku kekerasan dalam masyarakat setiap hari ditampilkan di media massa. Tayangan yang disajikan oleh berbagai media massa baik media elektronik dan media cetak menjadi ajang pembelajaran bagi anak-anak. Ta