Langsung ke konten utama

BAHASA ASLI SUKU MBOJO/BIMA

PEMBAGIAN BAHASA BIMA

                               Sumber foto @uma.lengge_mengajar

Menurut sejarah perkembangannya Bahasa Bima dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :

1). Kelompok Bahasa Bima lama meliputi :

a. Bahasa Donggo, dipergunakan oleh masyrakat Donggo Ipa yang bermukim di pegunungan sebelah barat meliputi desa Oo, Kala, Mbawa, Palama, Pedende, Kananta, Doridungga. 

b. Bahasa Tarlawi dipergunakan oleh masyarakat Donggo Ele yang bermukim dipegunungan Wawo Tengah meliputi desa Tarlawi , Kuta, Teta, Kalodu.

c. Bahasa Kolo, dipergunakan oleh masyarakat yang bermukim di desa Kolo di sebelah timur Asakota.

Ketiga kelompok Bahasa itu berfungsi sebagai Bahasa ibu.

2). Kelompok bahasa Bima baru, lazim disebut nggahi Mbojo, Bahasa Bima baru atau nggahi Mbojo dipergunkan oleh masyarakat umum di Bima dan berfungsi sebagai Bahasa ibu. Bahasa Bima dipergunakan pula oleh masyarakat Dompu sebagai bahasa ibu. Khusus bagi masyarakat pemakai bahasa Bima lama, maka bahasa Bima berfungsi sebagai bahasa pengantar guna berkomunikasi dengan orang lain di luar kalangan mereka. Di pulau Komodo dan Manggarai bahasa Bima masih dipergunakan bahasa Bima sebagai bahasa ibu. Karena memang dahulu merupakan daerah kekuasaan Kesultanan Bima.

Dalam bahasa tulisan bahasa Bima ditulis dengan memakai aksara Arab-Melayu. Dahulu pernah ada aksara Bima, oleh Zollinger disebut nggahi mantoi, kemudian menghilang. Hal itu disinggung pula oleh Raffles dalam bukunya History of Java dengan melampirkan contoh aksara Bima. Dipandang dari segi sejarah budaya, kejadian tersebut merupakan kehilangan besar yang tidak mungkin ditemukan Kembali. Karena kelalain kita semua.

Aksara Bima banyak persamaannya  dengan aksara Makassar kuno. Dan apabila kedua aksara itu dibandingkan dengan aksara Sansekerta, maka dapat dipastikan asal usul keduanya berasal dari aksara Sansekerta, demikian Zollinger.
Menurut tingkatannya bahasa Bima dibagi atas 3 tingkat yakni tigkat halu/Istana, tingkat menengah yakni bahasa sehari-hari seperti bahasa yang umum dipakai oleh masyarakat Bima dan tingakat terendah/kasar. Beberapa contoh sebagai berikut :

tando (halus/istana), ngaha (menengah), hoba/lohi ra'a (kasar) = makan (bhs Indonesia)
otu (halus/istana), maru (menengah), maba timba (kasar) = tidur (Bus Indonesia)
mbora (halus/istana), made (menengah), made ncaki ( kasar) = mati (bhs Indonesia)
ilo (halus/istana), mada (menengah), isi mada (kasar) = Mata (bhs Indonesia).

Bahasa Bima juga memiliki persamaan dengan bahasa Jawa kuno, berikut contohnya :

ama (Bima), ama (Jawa Kuno), ayah (Indonesia)
ina (Bima), ina (Jawa Kuno), ibu (Indonesia)
imba (Bima), imba (Jawa Kuno), meniru (Indonesia)
uma (Bima), umah (Jawa Kuno), rumah (Indonesia)

Buku sastra Bima tidak pernah ditemukan mungkin sudah punah atau memeng tidak pernah ada.

Sumber; Sejarah Bima Dana Mbojo (H. Abdullah Tajib, BA.)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSPIRASI MASUKNYA AGAMA ISLAM DI BIMA

Para penulis sejarah Barat dan Indonesia berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh orang Arab. Prof Snouck Horgronye berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dari India, dibawa pedagang-pedagang India yang telah memeluk agama Islam pada waktu itu. Yang paling menarik perhatian mereka semua berpendapat bahwa masuknya agama Islam di Indonesia dengan jalan damai. Menjelang masa disintegrasi Kerajaan Majapahit tumbuh bandar perdagangan seperti Gresik, Tuban dan Sedayu. Negeri tersebut selain menjadi pusat  perdagangan, juga menjadi penyiaran agama Islam di Jawa dan daerah-daerah disekitarnya. bahkan jauh sebelum jaman disintegrasi mubaliq Islam yang bernama Malik Ibrahim bersama temannya Muhammad Sadik langsung ke istana Majapahit untuk mengajak Raja Majapahit memeluk agama Islam, ajakan mana ditolaknya. Malik Ibrahim yang dikenal juga dengan nama Maulana Magribi kembali ke Gresik. Di sana ia meninggal pada 12 rabiul awal 822 H bertepatan dengan tanggal

PENGARUH TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU ANAK

A.     Latar Belakang Pada era sekarang ini, Televisi adalah   media yang sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat dan hampir semua masyarakat di Indonesia memiliki televisi. Perkembangan televisi membuktikan bahwa dengan sifat audio visual yang dimilikinya, menjadikan televisi sangat pragmatis, sehingga mudah mempengaruhi penonton dalam hal sikap, tingkah laku, dan pola berpikir. Kehadiran televisi ini tentu membawakan banyak hal positif diantaranya kemudahan memperoeh informasi, hiburan dan lain-lain, selain itu juga dampak negative juga selalu menghantui, semisal tayangan yang berbau criminal atau adegan sinetron yang sedang melakukan tindak kekerasan, nah tampa disadari ketika anak menonton itu pasti ia akan terpengaruh dan tergiring untuk melakukan hal tersebut. Perilaku kekerasan dalam masyarakat setiap hari ditampilkan di media massa. Tayangan yang disajikan oleh berbagai media massa baik media elektronik dan media cetak menjadi ajang pembelajaran bagi anak-anak. Ta