Langsung ke konten utama

PENGARUH TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU ANAK


A.    Latar Belakang

Pada era sekarang ini, Televisi adalah  media yang sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat dan hampir semua masyarakat di Indonesia memiliki televisi. Perkembangan televisi membuktikan bahwa dengan sifat audio visual yang dimilikinya, menjadikan televisi sangat pragmatis, sehingga mudah mempengaruhi penonton dalam hal sikap, tingkah laku, dan pola berpikir. Kehadiran televisi ini tentu membawakan banyak hal positif diantaranya kemudahan memperoeh informasi, hiburan dan lain-lain, selain itu juga dampak negative juga selalu menghantui, semisal tayangan yang berbau criminal atau adegan sinetron yang sedang melakukan tindak kekerasan, nah tampa disadari ketika anak menonton itu pasti ia akan terpengaruh dan tergiring untuk melakukan hal tersebut.

Perilaku kekerasan dalam masyarakat setiap hari ditampilkan di media massa. Tayangan yang disajikan oleh berbagai media massa baik media elektronik dan media cetak menjadi ajang pembelajaran bagi anak-anak. Tanpa pendampingan yang tepat, informasi yang disajikan oleh media dapat menuntun mereka berperilaku sama dengan yang dipertontonkan pada mereka.sejak usia anak-anak mereka sudah banayak disuguhkan oleh media dengan tontonan yang bernilai negative. Menurut Mardiana, tayangan dari televisi berpotensi besar diimitasi oleh pemirsanya (Kompas, 10 November 2008, dikutip Sarwono, 2009, h. 156) dan Menurut Berkowitz (2003, h.36) perilaku agresif merupakan salah satu perilaku yang dimanifestasikan dalam bentuk “menyerang” pihak lain dengan tujuan tertentu.

Tawuran tidak terjadi begitu saja, biasanya diawali oleh berbagai macam alasan. Meski dalam kenyataan sering kali ditemukan tawuran dengan alasan yang tidak jelas. Ada yang unik dari kejadian tawuran di Unhas. Kadang terjadi karena memang masalahnya sepele. Masalah perempuan, masalah kalah dalam pertandingan bola, saling ejek, atau salah seorang junior yang diserang kemudian berkembang dan menyulut api solidaritas negatif yang kemudian beramai-ramai.

 

 

B      Pembahasan

Dalam tayangan televisi ada banyak terdapat tayangan-tayangan yang menjadi pemicu anak untuk mengikutinya seperti misal tawuran, pemicu awal dari tawuran, antara lain; pengeroyokan maupun pelemparan yang dilakukan oleh salah satu pihak terhadap pihak yang lain. Ini terjadi karena tayangan negate dari televise yang secara langsung mempengaruhi agretivitas dari sang anak, kadang anak-anak melakukan peniruan terhadap apa yang ditontonnya, seperti misal menirukan perilaku yang dilakukan oleh tokoh dalam televise, menirukan bentuk gerakan fisik dan lain sebagainya.

Karakteristik individu dipengaruhi oleh karakteristik kelompok yang membedakan mereka dengan kelompok lain. Perilaku kekerasan yang ditunjukkan oleh subjek A dilatarbelakangi oleh pola asuh orangtua yang memperbolehkan subjek melakukan perilaku kekerasan untuk membela diri jika merasa benar. Menurut Su (2010, h. 818) orangtua yang menunjukkan sikap lebih setuju pada perilaku agresif menunjukkan emosional empati yang lebih rendah dan lebih reaktif terhadap perilaku agresif. Rasa kekeluargaan yang tinggi juga dikembangkan oleh orangtua subjek A sehingga subjek A memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi baik dalam keluarganya maupun dalam hubungannya dengan teman-temannya. Kepribadian juga dipengaruhi oleh interaksi di lingkungan sosial, dalam berinteraksi sosial dan kelompok sosial setiap individu selalu dikendalikan/ dikontrol oleh the super-ego individu yang bersangkutan sehingga tingkah laku sosialnya dapat sesuai dengan kehidupan kelompoknya. Hal ini disebabkan karena the super-ego individu berisi nilai-nilai, aturan-aturan, dan norma-norma sosial yang telah tertanam dalam kepribadian individu melalui proses belajar sosial (Santosa, 2010, h. 159). Interaksi sosial ini yang kemudian mengembangkan konformitas dalam diri individu terhadap kelompoknya. Prinsip kelompok yang sudah tertanam dalam diri subjek Ac, subjek R dan subjek A telah menjadi bagian dari kepribadian mereka.

Bastaman (2007, h.38) menyebutkan bahwa makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga, dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup. Proses penemuan makna terdiri dari solidaritas, kepuasan diri, tawuran sebagai seni, ajang melepas penat, mengasah kebersamaan, dan menambah teman, dan adanya pride feeling. Subjek Ac, R, H dan A memaknai tawuran sebagai bentuk solidaritasnya terhadap kelompok. Subjek Ac juga memaknai tawuran sebagai sesuatu yang memiliki nilai seni dan memberikan perasaan puas dan bangga terlibat tawuran.

E.     Kesimpulan

Keluarga berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak. Keluarga dengan orangtua yang terbuka pada perilaku kekerasaan cenderung menumbuhkan perilaku kekerasaan pada anak sehingga anak terbiasa dengan perilaku kekerasan. Interaksi sosial juga membentuk karekteristik individu dimana individu berada akan menanamkan nilaik kelompok pada individu seperti aturan-aturan bagaimana seharusnya individu bertingkah laku. Prinsip yang menjadi prinsip kelompok kemudian bertumbuh menjadi prinsip individu. Prinsip kelompok seperti solidaritas, kebersamaan dan kekeluargaan tertanam menjadi prinsip individu. Faktor budaya lokal juga mempengaruhi interaksi sosial individu. Berbagai unsur yang ada dalam kebudayaan lokal menjadi patokan bagi individu bertingkah laku dan juga mengambil keputusan. Melindungi harga diri setiap individu adalah kewajiban namun ada aturan yang mengatur dalam prosesnya.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Sari, N. I. (2013). MAKNA TAWURAN.

 

Novita Astrani, S. I. (2016). STUDI DAMPAK TAYANGAN TELEVISI TERHADAP PERKEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK.

 

L. Dion Praditya, S. W. (1999). PENGARUH TAYANGAN ADEGAN KEKERASAN YANG NYATA TERHADAP AGRESIVITAS, 1, 51-63.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSPIRASI MASUKNYA AGAMA ISLAM DI BIMA

Para penulis sejarah Barat dan Indonesia berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh orang Arab. Prof Snouck Horgronye berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dari India, dibawa pedagang-pedagang India yang telah memeluk agama Islam pada waktu itu. Yang paling menarik perhatian mereka semua berpendapat bahwa masuknya agama Islam di Indonesia dengan jalan damai. Menjelang masa disintegrasi Kerajaan Majapahit tumbuh bandar perdagangan seperti Gresik, Tuban dan Sedayu. Negeri tersebut selain menjadi pusat  perdagangan, juga menjadi penyiaran agama Islam di Jawa dan daerah-daerah disekitarnya. bahkan jauh sebelum jaman disintegrasi mubaliq Islam yang bernama Malik Ibrahim bersama temannya Muhammad Sadik langsung ke istana Majapahit untuk mengajak Raja Majapahit memeluk agama Islam, ajakan mana ditolaknya. Malik Ibrahim yang dikenal juga dengan nama Maulana Magribi kembali ke Gresik. Di sana ia meninggal pada 12 rabiul awal 822 H bertepatan dengan tanggal

BAHASA ASLI SUKU MBOJO/BIMA

PEMBAGIAN BAHASA BIMA                                Sumber foto @uma.lengge_mengajar Menurut sejarah perkembangannya Bahasa Bima dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : 1). Kelompok Bahasa Bima lama meliputi : a. Bahasa Donggo, dipergunakan oleh masyrakat Donggo Ipa yang bermukim di pegunungan sebelah barat meliputi desa Oo, Kala, Mbawa, Palama, Pedende, Kananta, Doridungga.  b. Bahasa Tarlawi dipergunakan oleh masyarakat Donggo Ele yang bermukim dipegunungan Wawo Tengah meliputi desa Tarlawi , Kuta, Teta, Kalodu. c. Bahasa Kolo, dipergunakan oleh masyarakat yang bermukim di desa Kolo di sebelah timur Asakota. Ketiga kelompok Bahasa itu berfungsi sebagai Bahasa ibu. 2). Kelompok bahasa Bima baru, lazim disebut nggahi Mbojo, Bahasa Bima baru atau nggahi Mbojo dipergunkan oleh masyarakat umum di Bima dan berfungsi sebagai Bahasa ibu. Bahasa Bima dipergunakan pula oleh masyarakat Dompu sebagai bahasa ibu. Khusus bagi masyarakat pemakai bahasa Bima lama, maka bah