Langsung ke konten utama

Face Negotiation Theory



Face negotiation theory atau Teori negosiasi rupa pertama kali dikembangkan oleh Stella
Ting-Toomey dan koleganya pada tahun 1985 untuk memahami bagaimana budaya yang
berbeda di seluruh dunia menanggapi konflik. Teori negosiasi rupa memberikan sebuah 
dasar untuk memperkirakan bagaimana manusia akan menyelesaikan karya rupa dalam 
kebudayaan yang berbeda. Teori ini berpendapat "rupa", atau citra diri, sebagai fenomena 
universal yang meliputi lintas budaya.

ASUMSI

Sebuah perspektif teori negosiasi rupa menekankan dampak budaya terletak pada arti dari rupa dan digunakannya karya rupa. Dengan demikian, teori ini mengasumsikan bahwa: Komunikasi dalam semua budaya didasarkan pada “memelihara” dan bernegosiasi rupa. Rupa diri yang bermasalah ketika identitas dipertanyakan. Perbedaan antara individualistis dan kolektif, dan kekuasaan kecil dengan kekuasaan besar memberi jarak budaya dalam membentuk manajemen rupa. Budaya individualistis membentuk karya rupa sendiri, dan budaya kolektif membentuk karya rupa yang lain pula. Kekuasaan yang kecil lebih memilih kerangka "individu adalah sama", sedangkan budaya pada kekuatan besar lebih memilih kerangka hirarkis. Perilaku juga dipengaruhi oleh variasi budaya, individu, relasional, dan faktor situasional. Kompetensi dalam komunikasi antarbudaya adalah puncak dari pengetahuan dan kesadaran.

TAKSONOMI

Teori Negosiasi rupa berkaitan dengan lima tema yaitu : 
- Orientasii atau kepentingan rupa
- Gerakan rupa
- Strategi interaksi karya rupa
- Gaya komunikasi konflik, dan Ranah konten rupa.

PROPOSISI TEORITIS

Teori Negosiasi Rupa memiliki 24 proposisi. Semuanya didasarkan pada tujuh asumsi dan lima taksonomi yang telah terbukti dalam berbagai kasus dan studiMereka menggambarkan karya rupa pada tiga tingkat komunikasi antara lain :
1. Prosisi tingkat budaya
2. Prosiding tingkat induvidu
3. Prosisi tingkat situsional

KOMPETENSI KARYA RUPA ANTAR BUDAYA

Kompetensi karya rupa antar budaya terdiri dari komponen lain dari teori negosiasi rupa yaitu :
- Dimensi Pengetahuan 
Pengetahuann di sini mengacu pada proses pemahaman mendalam tentang fenomena tertentu melalui berbagai informasi yang diperoleh melalui pembelajaran secara sadar dan pengalaman-pengalaman pribadi. 

- Dimensii Kesadaran (Mindfulness) Kesadaran berarti menghadirkan asumsi, kognisi dan emosi internal seseorang, dan secara bersamaan membiasakan diri penuh perhatian pada asumsi, kognisi dan emosi orang lain sambil memfokuskan panca indera. 

- Keterampilann Interaksi Keterampilan interaksi mengacu pada kemampuan kita untuk berkomunikasi secara tepat, efektif dan adaptif dalam situasi tertentu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSPIRASI MASUKNYA AGAMA ISLAM DI BIMA

Para penulis sejarah Barat dan Indonesia berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh orang Arab. Prof Snouck Horgronye berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dari India, dibawa pedagang-pedagang India yang telah memeluk agama Islam pada waktu itu. Yang paling menarik perhatian mereka semua berpendapat bahwa masuknya agama Islam di Indonesia dengan jalan damai. Menjelang masa disintegrasi Kerajaan Majapahit tumbuh bandar perdagangan seperti Gresik, Tuban dan Sedayu. Negeri tersebut selain menjadi pusat  perdagangan, juga menjadi penyiaran agama Islam di Jawa dan daerah-daerah disekitarnya. bahkan jauh sebelum jaman disintegrasi mubaliq Islam yang bernama Malik Ibrahim bersama temannya Muhammad Sadik langsung ke istana Majapahit untuk mengajak Raja Majapahit memeluk agama Islam, ajakan mana ditolaknya. Malik Ibrahim yang dikenal juga dengan nama Maulana Magribi kembali ke Gresik. Di sana ia meninggal pada 12 rabiul awal 822 H bertepatan dengan tanggal

BAHASA ASLI SUKU MBOJO/BIMA

PEMBAGIAN BAHASA BIMA                                Sumber foto @uma.lengge_mengajar Menurut sejarah perkembangannya Bahasa Bima dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : 1). Kelompok Bahasa Bima lama meliputi : a. Bahasa Donggo, dipergunakan oleh masyrakat Donggo Ipa yang bermukim di pegunungan sebelah barat meliputi desa Oo, Kala, Mbawa, Palama, Pedende, Kananta, Doridungga.  b. Bahasa Tarlawi dipergunakan oleh masyarakat Donggo Ele yang bermukim dipegunungan Wawo Tengah meliputi desa Tarlawi , Kuta, Teta, Kalodu. c. Bahasa Kolo, dipergunakan oleh masyarakat yang bermukim di desa Kolo di sebelah timur Asakota. Ketiga kelompok Bahasa itu berfungsi sebagai Bahasa ibu. 2). Kelompok bahasa Bima baru, lazim disebut nggahi Mbojo, Bahasa Bima baru atau nggahi Mbojo dipergunkan oleh masyarakat umum di Bima dan berfungsi sebagai Bahasa ibu. Bahasa Bima dipergunakan pula oleh masyarakat Dompu sebagai bahasa ibu. Khusus bagi masyarakat pemakai bahasa Bima lama, maka bah

PENGARUH TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU ANAK

A.     Latar Belakang Pada era sekarang ini, Televisi adalah   media yang sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat dan hampir semua masyarakat di Indonesia memiliki televisi. Perkembangan televisi membuktikan bahwa dengan sifat audio visual yang dimilikinya, menjadikan televisi sangat pragmatis, sehingga mudah mempengaruhi penonton dalam hal sikap, tingkah laku, dan pola berpikir. Kehadiran televisi ini tentu membawakan banyak hal positif diantaranya kemudahan memperoeh informasi, hiburan dan lain-lain, selain itu juga dampak negative juga selalu menghantui, semisal tayangan yang berbau criminal atau adegan sinetron yang sedang melakukan tindak kekerasan, nah tampa disadari ketika anak menonton itu pasti ia akan terpengaruh dan tergiring untuk melakukan hal tersebut. Perilaku kekerasan dalam masyarakat setiap hari ditampilkan di media massa. Tayangan yang disajikan oleh berbagai media massa baik media elektronik dan media cetak menjadi ajang pembelajaran bagi anak-anak. Ta