LATAR
BELAKANG
Era globalisasi seperti
sekarang ini media tidak lagi menjadi suatu pusat informasi yang dapat
dipercaya sebab sekarang media sudah tidak memiliki tanggung jawab social dan
partisipasi politik untuk mengawasi kebijakan-kebijakan politik yang dimainkan
oleh penguasa, tetapi media lebih mencari keuntungan dengan menjadi mesin
penghasil uang dan modal untuk lahan bisnis. Kepentingan bisnis menjadi yang
terdepan sehingga tidak heran dalam bidang politik, social-budaya dan agama dijadikan
sebagai ladang bisnis untuk merauk keuntungan sebanyak-banyaknya.
Setelah era reformasi ada
dua perubahan yang terjadi Pertama, kebebasan Pers dan yang Kedua ialah agenda
otonomi daerah yang mengusung asas desentralisasi atau pemerintah lebih banyak
memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah. Perubahan yang pertama ini
menjadi salah satu berita gembira bagi masyarakat tapi disatu sisi juga ini
menjadi hal yang merugikan bagi masyarakat, dengan adanya kebebasan ini tentu
pihak yang memiliki modal akan lebih
merauk keuntungan kita sebut saja media massa di Indonesia yang kebanyakan
dimiliki oleh pihak swasta seperti yang pertama, MNC Group yang dimiliki oleh
Hary Tanoesoedibjo, dengan kepemilikannya ia berada di urutan ke-32 sebagai
orang terkaya di Indonesia versi Forbes, dengan pundi kekayaan sebesar 1 miliar
dollar AS atau sekitar Rp 14 triliun (kurs 14.000), kedua Eddy Kusnadi
Sariaatmadja yang menjadi pengendali saham Emtek yang dimiliki oleh stasiun
televise SCTV,Indonesia, O Channel dan TV kabel. Total kekayaan sebesar 780
juta dollar AS atau sekitar Rp 10,96 triliun dan berada di urutan ke-41 orang
paling kaya di Indonesia. Yang ketiga Chairul Tanjung sejumlah perusahaan yang
dimilikinya atara lain Transmart Carrefour, Bank Mega, Trans TV, Trans 7, dan
Trans Studio, jumlah kekayaan dicatat dari Forbes sebesar 3,6 milliar dollar AS
atau sekitar 50,59 triliun dan berada di posisi ke-9 daftar orang terkaya di
Indonesia.
Sehingga tidak heran media massa di Indonesia saat ini tidak benar-benar memfokuskan menyebarluaskan informasi melainkan lebih menekan pada bagaimana mereka dapat merauk keuntungan yang sebesar-besarnya demi kemakmuran individu maupun kelompok yang terlibat sehingga fakta-fakta mengenai suatu masalah yang harusnya disampaikan kepada masyarakat justru tidak tersammpaikan sebagaimana mesrinya.
KAPITALISME MEDIA MASSA
Sistem ekonomi kapitalis adalah merupakan sebuah
sistem organisasi ekonomi yang dicirikan oleh hak milik privat atas alat-alat
produksi dan distribusi dan pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi
yang sangat kompetitif. Para ahli ekonomi dunia menilai bahwa pemikiran
ahli-ahli ekonomi klasik yang dimotori oleh Adam Smith merupakan dasar sistem
ekonomi kapitalis. Media massa adalah sebuah alat atau wadah yang digunakan
oleh manusia untuk dapat menyampaikan pesan dengan tujuan khalayak ramaimatau
masyarakat luas. Bukan hanya sekedar sebagau penyampai pesan informasi kepada
khalayak tetapi media juga mempunyai peran mendidik, mempengaruhi,
menginformasikan dan menghibur. Adapun dalam UU no. 40/1999 disebutkan fungsi
pers adalah pers nasional mempunyai funsi sebagai media informasi, pendidikan,
hiburan, dan media control social.
Di dalam ekonomi politik diarahkan pada kepemilikan modal, yang dimana
kontroling serta kekuatan operasional pasar media massa berada di bawah tangan
mereka. Dalam pandangan ini dapat kita lihat bahwa institusi media massa
dianggap sebagai sebuah sistem ekonomi memiliki hubungan yang erat dengan
sistem politik yang ada sekarang. Karakter utama pendekatan ekonomi politik
adalah produksi media yang ditentukan oleh pertukaran nilai isi dalam media
yang sangat beragam dibawah kondisi tekanan ekspansi pasar yang ditentukan oleh
kepentingan ekonomi-politik pemilik modal dan pembuatan kebijakan media. Ekonomi
politik hadir setelah perkembangan kapitalisme yang mendominasi peradaban dunia
global. Marx berpendapat bahwa perkembangan hubungan kapitalis memiliki efek
mengatasi semua hambatan special, serta menghapuskan ruang dan waktu.
Kapitalisme adalah sebuah sistem dimana produksi, distribusi, dan pertukaran
dimana kekayaan yang teakumulasi diinvestasikan kembali oleh pemilik modal
untuk memperoleh keuntungan, contohnya seperti perusahaan A memproduksi barang,
perusahaan A juga yang menjadi distributor dari barang tersebut, terus
perusahaan A ini juga mejadi tempat penyimpanan uang seperti bank ataupun jasa
buat simpan pinjam, jadi kegiatan pemasaran yang berlangsung itu berputar-putar
aja disitu tanpa adanya pihak lain yang menjadi bagian didalamnya.
ANALISIS TEORI
Kecendrungan perubahan social yang ditandai oleh
adanya pergeseran-pergeseran dari mesyarkat industry ke masyarkat informasi
(John Naisbitt dan Patricia Aburdene ;2000). Indoensia sebagai Negara
berkembang, karakteristik masyarkat informasi seperti di sebut oleh Naisbitt
ieu memang sudah banyak ditemukan, tetapi penggunan informasi dalam rangkaian
pembangunan jelas suatu fakta yang tidak bisa dipungkiri. Media massa di
Indonesia sendiri memiliki ciri sebagaimana yang dikatakan oleh teori diatas,
karena memang sekarang media hanya lebih mengedepankan merauk keuntungan dengan
mengenyampingkan informasi dan fakta sebagai titik vital dari sebuah media.
Perkembangan suatu Negara akan sulit jika medianya benar-benar tidak lagi
memperdulikan informasi dan fakta untuk diberikan kepada masyarakat luas.
Membahas
mengenai keuntungan yang diperoleh oleh media massa tidak terlepas dari iklan
dan begitupun sebaliknya. Karena adanya korelasi yang saling ketergantungan
antara keduanya, iklan membutuhkan media untuk mempromosikan atau menyampaikan
pesan yang terkandung dalam produk tersebut ke masyarakat luas dengan tujuan
mendapatkan simpati masarakat supaya produk itu dibeli. Dan media membutuhkan
iklan untuk pertumbuhan perusahaan medianya.
Ahli
media seperti Burrel Headley yang membela pers kapitalis mengatakan bahwa
berita adalah komoditi yang dijual dan media massa merupakan usaha menjual
informasi (1994). Seperti yang terjadi di Indonesia berita sebagai komoditi
yang bisa dijual tampaknya sudah ama disadari, sehingga pergeseran ideologi di
dalam industry pers dari politik di zaman orde lama nejadi pers koersial pada
periode 1970-1980 merupakan sebuah hal wajar. Tentu hal ini tidak kita bisa
hindari, melalui literasi dan kedadaran diri kita sebagai masyarakat dan turun
tangan pemerintah untuk dapat meminimalisir terkai masalah media massa yang
mulai tergerus dan jauh dari fungsi utamanya sebagai penyampai informasi dan
fakta kepada masyarakat luas.
DAMPAK KAPITALISME MEDIA TERHADAP MASYARAKAT
Masyarakat yang hidup di zaman kapitalisme global
adalah masyarakat konsumen. Seperti yang tengah terjadi di Indonesia, kita
lihat masyarakat Indonesia sekarang banyak yang menjadi konsumen sedangkan yang
bertindak sebagai produktor itu sangat sedikit sekali, sehingga tidak heran
kapitalisme semakin melebarkan sayapnya untuk merauk keuntungan
sebesar-besarnya. Berikut ini beberapa dampak kapitalisme media terhadap
masyarakat :
a. Dampak di Bidang Sosial-Ekonomi
Tidak dapat dipungkiri kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan suatu kondisi dimana manusia sekarang merakan kehidupan yang lebih nyaman, akses apa-apa mudah, memperoleh suatu yang mudah. Sehingga strategi kapitalisme sangat manjur ketika sifat masyaraktnya seperti itu. Tidak heran ketika pemilik modal lah yang mengendalikan social – ekonomi.
b. Dampak di Bidang Politik
pemerintah tidak lagi berjalan sesuai koadratnya
melainkan mencari nama demi keuntungan yang ingin dicapai, seperti contoh ada
banyak pemilik stasiun televsi yang masuk di ranah politik, tentu ini akan
sangat berdampak pada berjalannya politik di suatu Negara contohnya aja di
Indonesia, seperti pemilik stasiun yang ikut bepartisiasi dalam dunia politik
pasti ia akan menampilkan citranya melalui media yang dimilikinya.
c. Dampak
di Bidang Budaya
Seperti yang kita lihat sekarang dampak kapitalisme
terhadap budaya ini sudah sangat memprihatinkan, contohnya seperti giringan
opini untuk membentuk individu atau masyarakat untuk mengonsumsi tanpa
memproduksi giringan itu disampaikan secara langsung melalui sebuah media.
Contoh misal di masyarakat desa sebelum dan sesudah masuknya suatu teknologi
informasi, tergerusnya niai-nilai kebudayaan itu sudah sangat tergerus seperti
yang terjadi di Bima budaya u`a pua atau panjat pinang yang dulunya
dilaksanakan rutin setiap acara besar Islam kini sudah tidak ada lagi.
Kapitalisme
media massa merupakan suatu gejala yang sangat mempengaruhi kehidupan kita
sebagai masyarakat, praktik yang diluncurkan sangat beragam sehingga kita
sebagai masyarakat awam terkadang tidak sadar bahwa itu merupakan suatu
paraktik kapitalisme. Tentu ini menjadi suatu hal yang harus kita perhatikan
baik-baik guna tidak tergiringnya opini-opini dari pemilik modal yang mencari keuntungan.
Dampak yang ditumbulkan pun sangat signifikan dibuktikan dengan adanya dampak
terhadap bidang social-ekonomi, politik, dan kebudayaan.
Sebagai
masyarakat yang memiliki kesadaran terhadap buruknya dampak kapitalisme media
ini, kita harus bisa memberikan pemahaman tentang apa itu kapitalisme dan
dampak apa saja yang ditimbulkannya. Kapitalisme di Indonesia sudah menjalar
sampai ke para elit pemerintahan.
DAFTAR
PUSTA
Izak, R. (2016). DAMPAK
NEGATIF KAPITALISME GLOBALISASI BAGI KEHIDUPAN MANUSIA MODERN.
Kushendrawati, S.
M. (2006). MASYARAKAT KONSUMEN SEBAGAI CIPTAAN KAPITALISME GLOBAL ; FENOMENA
BUDAYA DALAM REALITAS SOSIAL.
Bhari, N. (2012). Aceh:
https://alainoengvoenna.wordpress.com/2011/03/08/kapitalisme-media/.
Kompas.com. (2019,
12 11). Kompas.com. Retrieved 12 11, 2019, from kompas.com:
https://money.kompas.com/read/2019/12/11/163600526/3-pemilik-stasiun-televisi-di-indonesia-siapa-paling-kaya?page=all#:~:text=Budi%20Hartono%20dan%20Michael%20Hartono,Kusnadi%20Sariaatmadja%2C%20dan%20Chairul%20Tanjung.
Komentar
Posting Komentar