Langsung ke konten utama

Dampak Kapitalisme Media Massa

Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay
                                                                                                             

LATAR BELAKANG

Era globalisasi seperti sekarang ini media tidak lagi menjadi suatu pusat informasi yang dapat dipercaya sebab sekarang media sudah tidak memiliki tanggung jawab social dan partisipasi politik untuk mengawasi kebijakan-kebijakan politik yang dimainkan oleh penguasa, tetapi media lebih mencari keuntungan dengan menjadi mesin penghasil uang dan modal untuk lahan bisnis. Kepentingan bisnis menjadi yang terdepan sehingga tidak heran dalam bidang politik, social-budaya dan agama dijadikan sebagai ladang bisnis untuk merauk keuntungan sebanyak-banyaknya.

Setelah era reformasi ada dua perubahan yang terjadi Pertama, kebebasan Pers dan yang Kedua ialah agenda otonomi daerah yang mengusung asas desentralisasi atau pemerintah lebih banyak memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah. Perubahan yang pertama ini menjadi salah satu berita gembira bagi masyarakat tapi disatu sisi juga ini menjadi hal yang merugikan bagi masyarakat, dengan adanya kebebasan ini tentu pihak yang memiliki modal akan  lebih merauk keuntungan kita sebut saja media massa di Indonesia yang kebanyakan dimiliki oleh pihak swasta seperti yang pertama, MNC Group yang dimiliki oleh Hary Tanoesoedibjo, dengan kepemilikannya ia berada di urutan ke-32 sebagai orang terkaya di Indonesia versi Forbes, dengan pundi kekayaan sebesar 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14 triliun (kurs 14.000), kedua Eddy Kusnadi Sariaatmadja yang menjadi pengendali saham Emtek yang dimiliki oleh stasiun televise SCTV,Indonesia, O Channel dan TV kabel. Total kekayaan sebesar 780 juta dollar AS atau sekitar Rp 10,96 triliun dan berada di urutan ke-41 orang paling kaya di Indonesia. Yang ketiga Chairul Tanjung sejumlah perusahaan yang dimilikinya atara lain Transmart Carrefour, Bank Mega, Trans TV, Trans 7, dan Trans Studio, jumlah kekayaan dicatat dari Forbes sebesar 3,6 milliar dollar AS atau sekitar 50,59 triliun dan berada di posisi ke-9 daftar orang terkaya di Indonesia.

Sehingga tidak heran media massa di Indonesia saat ini tidak benar-benar memfokuskan menyebarluaskan informasi melainkan lebih menekan pada bagaimana mereka dapat merauk keuntungan yang sebesar-besarnya demi kemakmuran individu maupun kelompok yang terlibat sehingga fakta-fakta mengenai suatu masalah yang harusnya disampaikan kepada masyarakat justru tidak tersammpaikan sebagaimana mesrinya.


KAPITALISME MEDIA MASSA

            Sistem ekonomi kapitalis adalah merupakan sebuah sistem organisasi ekonomi yang dicirikan oleh hak milik privat atas alat-alat produksi dan distribusi dan pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi yang sangat kompetitif. Para ahli ekonomi dunia menilai bahwa pemikiran ahli-ahli ekonomi klasik yang dimotori oleh Adam Smith merupakan dasar sistem ekonomi kapitalis. Media massa adalah sebuah alat atau wadah yang digunakan oleh manusia untuk dapat menyampaikan pesan dengan tujuan khalayak ramaimatau masyarakat luas. Bukan hanya sekedar sebagau penyampai pesan informasi kepada khalayak tetapi media juga mempunyai peran mendidik, mempengaruhi, menginformasikan dan menghibur. Adapun dalam UU no. 40/1999 disebutkan fungsi pers adalah pers nasional mempunyai funsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan media control social.

Di dalam ekonomi politik diarahkan  pada kepemilikan modal, yang dimana kontroling serta kekuatan operasional pasar media massa berada di bawah tangan mereka. Dalam pandangan ini dapat kita lihat bahwa institusi media massa dianggap sebagai sebuah sistem ekonomi memiliki hubungan yang erat dengan sistem politik yang ada sekarang. Karakter utama pendekatan ekonomi politik adalah produksi media yang ditentukan oleh pertukaran nilai isi dalam media yang sangat beragam dibawah kondisi tekanan ekspansi pasar yang ditentukan oleh kepentingan ekonomi-politik pemilik modal dan pembuatan kebijakan media. Ekonomi politik hadir setelah perkembangan kapitalisme yang mendominasi peradaban dunia global. Marx berpendapat bahwa perkembangan hubungan kapitalis memiliki efek mengatasi semua hambatan special, serta menghapuskan ruang dan waktu. Kapitalisme adalah sebuah sistem dimana produksi, distribusi, dan pertukaran dimana kekayaan yang teakumulasi diinvestasikan kembali oleh pemilik modal untuk memperoleh keuntungan, contohnya seperti perusahaan A memproduksi barang, perusahaan A juga yang menjadi distributor dari barang tersebut, terus perusahaan A ini juga mejadi tempat penyimpanan uang seperti bank ataupun jasa buat simpan pinjam, jadi kegiatan pemasaran yang berlangsung itu berputar-putar aja disitu tanpa adanya pihak lain yang menjadi bagian didalamnya.

           

ANALISIS TEORI

            Kecendrungan perubahan social yang ditandai oleh adanya pergeseran-pergeseran dari mesyarkat industry ke masyarkat informasi (John Naisbitt dan Patricia Aburdene ;2000). Indoensia sebagai Negara berkembang, karakteristik masyarkat informasi seperti di sebut oleh Naisbitt ieu memang sudah banyak ditemukan, tetapi penggunan informasi dalam rangkaian pembangunan jelas suatu fakta yang tidak bisa dipungkiri. Media massa di Indonesia sendiri memiliki ciri sebagaimana yang dikatakan oleh teori diatas, karena memang sekarang media hanya lebih mengedepankan merauk keuntungan dengan mengenyampingkan informasi dan fakta sebagai titik vital dari sebuah media. Perkembangan suatu Negara akan sulit jika medianya benar-benar tidak lagi memperdulikan informasi dan fakta untuk diberikan kepada masyarakat luas.

            Membahas mengenai keuntungan yang diperoleh oleh media massa tidak terlepas dari iklan dan begitupun sebaliknya. Karena adanya korelasi yang saling ketergantungan antara keduanya, iklan membutuhkan media untuk mempromosikan atau menyampaikan pesan yang terkandung dalam produk tersebut ke masyarakat luas dengan tujuan mendapatkan simpati masarakat supaya produk itu dibeli. Dan media membutuhkan iklan untuk pertumbuhan perusahaan medianya.

            Ahli media seperti Burrel Headley yang membela pers kapitalis mengatakan bahwa berita adalah komoditi yang dijual dan media massa merupakan usaha menjual informasi (1994). Seperti yang terjadi di Indonesia berita sebagai komoditi yang bisa dijual tampaknya sudah ama disadari, sehingga pergeseran ideologi di dalam industry pers dari politik di zaman orde lama nejadi pers koersial pada periode 1970-1980 merupakan sebuah hal wajar. Tentu hal ini tidak kita bisa hindari, melalui literasi dan kedadaran diri kita sebagai masyarakat dan turun tangan pemerintah untuk dapat meminimalisir terkai masalah media massa yang mulai tergerus dan jauh dari fungsi utamanya sebagai penyampai informasi dan fakta kepada masyarakat luas. 

 

DAMPAK KAPITALISME MEDIA TERHADAP MASYARAKAT

            Masyarakat yang hidup di zaman kapitalisme global adalah masyarakat konsumen. Seperti yang tengah terjadi di Indonesia, kita lihat masyarakat Indonesia sekarang banyak yang menjadi konsumen sedangkan yang bertindak sebagai produktor itu sangat sedikit sekali, sehingga tidak heran kapitalisme semakin melebarkan sayapnya untuk merauk keuntungan sebesar-besarnya. Berikut ini beberapa dampak kapitalisme media terhadap masyarakat :

a.      Dampak di Bidang Sosial-Ekonomi

Tidak dapat dipungkiri kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan suatu kondisi dimana manusia sekarang merakan kehidupan yang lebih nyaman, akses apa-apa mudah, memperoleh suatu yang mudah. Sehingga strategi kapitalisme sangat manjur ketika sifat masyaraktnya seperti itu. Tidak heran ketika pemilik modal lah yang mengendalikan social – ekonomi.

b.      Dampak di Bidang Politik

pemerintah tidak lagi berjalan sesuai koadratnya melainkan mencari nama demi keuntungan yang ingin dicapai, seperti contoh ada banyak pemilik stasiun televsi yang masuk di ranah politik, tentu ini akan sangat berdampak pada berjalannya politik di suatu Negara contohnya aja di Indonesia, seperti pemilik stasiun yang ikut bepartisiasi dalam dunia politik pasti ia akan menampilkan citranya melalui media yang dimilikinya.

c.       Dampak di Bidang Budaya 

Seperti yang kita lihat sekarang dampak kapitalisme terhadap budaya ini sudah sangat memprihatinkan, contohnya seperti giringan opini untuk membentuk individu atau masyarakat untuk mengonsumsi tanpa memproduksi giringan itu disampaikan secara langsung melalui sebuah media. Contoh misal di masyarakat desa sebelum dan sesudah masuknya suatu teknologi informasi, tergerusnya niai-nilai kebudayaan itu sudah sangat tergerus seperti yang terjadi di Bima budaya u`a pua atau panjat pinang yang dulunya dilaksanakan rutin setiap acara besar Islam kini sudah tidak ada lagi.

 KESIMPULAN

            Kapitalisme media massa merupakan suatu gejala yang sangat mempengaruhi kehidupan kita sebagai masyarakat, praktik yang diluncurkan sangat beragam sehingga kita sebagai masyarakat awam terkadang tidak sadar bahwa itu merupakan suatu paraktik kapitalisme. Tentu ini menjadi suatu hal yang harus kita perhatikan baik-baik guna tidak tergiringnya opini-opini dari pemilik modal yang mencari keuntungan. Dampak yang ditumbulkan pun sangat signifikan dibuktikan dengan adanya dampak terhadap bidang social-ekonomi, politik, dan kebudayaan. 

            Sebagai masyarakat yang memiliki kesadaran terhadap buruknya dampak kapitalisme media ini, kita harus bisa memberikan pemahaman tentang apa itu kapitalisme dan dampak apa saja yang ditimbulkannya. Kapitalisme di Indonesia sudah menjalar sampai ke para elit pemerintahan.

 

 

 

DAFTAR PUSTA

 

Izak, R. (2016). DAMPAK NEGATIF KAPITALISME GLOBALISASI BAGI KEHIDUPAN MANUSIA MODERN.

 

Kushendrawati, S. M. (2006). MASYARAKAT KONSUMEN SEBAGAI CIPTAAN KAPITALISME GLOBAL ; FENOMENA BUDAYA DALAM REALITAS SOSIAL.

 

Bhari, N. (2012). Aceh: https://alainoengvoenna.wordpress.com/2011/03/08/kapitalisme-media/.

 

Kompas.com. (2019, 12 11). Kompas.com. Retrieved 12 11, 2019, from kompas.com: https://money.kompas.com/read/2019/12/11/163600526/3-pemilik-stasiun-televisi-di-indonesia-siapa-paling-kaya?page=all#:~:text=Budi%20Hartono%20dan%20Michael%20Hartono,Kusnadi%20Sariaatmadja%2C%20dan%20Chairul%20Tanjung.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSPIRASI MASUKNYA AGAMA ISLAM DI BIMA

Para penulis sejarah Barat dan Indonesia berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh orang Arab. Prof Snouck Horgronye berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dari India, dibawa pedagang-pedagang India yang telah memeluk agama Islam pada waktu itu. Yang paling menarik perhatian mereka semua berpendapat bahwa masuknya agama Islam di Indonesia dengan jalan damai. Menjelang masa disintegrasi Kerajaan Majapahit tumbuh bandar perdagangan seperti Gresik, Tuban dan Sedayu. Negeri tersebut selain menjadi pusat  perdagangan, juga menjadi penyiaran agama Islam di Jawa dan daerah-daerah disekitarnya. bahkan jauh sebelum jaman disintegrasi mubaliq Islam yang bernama Malik Ibrahim bersama temannya Muhammad Sadik langsung ke istana Majapahit untuk mengajak Raja Majapahit memeluk agama Islam, ajakan mana ditolaknya. Malik Ibrahim yang dikenal juga dengan nama Maulana Magribi kembali ke Gresik. Di sana ia meninggal pada 12 rabiul awal 822 H bertepatan dengan tanggal

BAHASA ASLI SUKU MBOJO/BIMA

PEMBAGIAN BAHASA BIMA                                Sumber foto @uma.lengge_mengajar Menurut sejarah perkembangannya Bahasa Bima dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : 1). Kelompok Bahasa Bima lama meliputi : a. Bahasa Donggo, dipergunakan oleh masyrakat Donggo Ipa yang bermukim di pegunungan sebelah barat meliputi desa Oo, Kala, Mbawa, Palama, Pedende, Kananta, Doridungga.  b. Bahasa Tarlawi dipergunakan oleh masyarakat Donggo Ele yang bermukim dipegunungan Wawo Tengah meliputi desa Tarlawi , Kuta, Teta, Kalodu. c. Bahasa Kolo, dipergunakan oleh masyarakat yang bermukim di desa Kolo di sebelah timur Asakota. Ketiga kelompok Bahasa itu berfungsi sebagai Bahasa ibu. 2). Kelompok bahasa Bima baru, lazim disebut nggahi Mbojo, Bahasa Bima baru atau nggahi Mbojo dipergunkan oleh masyarakat umum di Bima dan berfungsi sebagai Bahasa ibu. Bahasa Bima dipergunakan pula oleh masyarakat Dompu sebagai bahasa ibu. Khusus bagi masyarakat pemakai bahasa Bima lama, maka bah

PENGARUH TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU ANAK

A.     Latar Belakang Pada era sekarang ini, Televisi adalah   media yang sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat dan hampir semua masyarakat di Indonesia memiliki televisi. Perkembangan televisi membuktikan bahwa dengan sifat audio visual yang dimilikinya, menjadikan televisi sangat pragmatis, sehingga mudah mempengaruhi penonton dalam hal sikap, tingkah laku, dan pola berpikir. Kehadiran televisi ini tentu membawakan banyak hal positif diantaranya kemudahan memperoeh informasi, hiburan dan lain-lain, selain itu juga dampak negative juga selalu menghantui, semisal tayangan yang berbau criminal atau adegan sinetron yang sedang melakukan tindak kekerasan, nah tampa disadari ketika anak menonton itu pasti ia akan terpengaruh dan tergiring untuk melakukan hal tersebut. Perilaku kekerasan dalam masyarakat setiap hari ditampilkan di media massa. Tayangan yang disajikan oleh berbagai media massa baik media elektronik dan media cetak menjadi ajang pembelajaran bagi anak-anak. Ta